Piknik Gratis Ke Jogja (Bag-3)

Berburu Bakpia Di Malioboro (mall)

Rasanya hampir semua orang pernah ke sini. Setidaknya pernah melihat ditelevisi. 
Saya datang kesitu beberapa minggu sebelum pemindahan PKL ke tempat baru Teras Malioboro 1 dan 2.
Pemindahan ini pasti membawa dampak tidak hanya bagi pedagang tapi lagunya Katon juga akan ikut terimbas, karena Malioboro tidak ada lagi "ramai kaki lima, menjajakan jajanan khas berselera, orang duduk bersila..".
Mungkin sekarang jika ke Malioboro akan seperti di Kota Lama Semarang ataupun Jalan Tunjungan Surabaya, kawasan heritage. Apalagi rencananya semua gedung akan di cat putih. Semakin terasa nostalgianya.
Tapi disini lebih khas, ada delman,becak dan skuter listrik -yang banyak dikeluhkan pengendara karena perilaku penyewanya.
Mungkin nantinya akan ada drama kolosal, teatrikal di Jalan Malioboro mengenang sejarah, Serangan Umum salah satunya mungkin. di Jogja ini kan turah orang kreatif, pasti terwujud dan mungkin akan lebih wow.
Sebelum ini saya sudah lama tidak ke Jogja apalagi ke Malioboro. Karena tidak ada perjalanan dinas  pandemi  tentunya.
Sempat setahun yang lalu, kami sekeluarga mau mampir kesitu, sepulang dari Dieng tapi urung karena tidak dapat penginapan. Akhirnya dialihkan ke Solo saja.
Matahari sudah di ubun-ubun ketika kami sampai parkiran Bank Indonesia di seberang Taman Pintar. 
Melewati Benteng Vredeburg, saya senyum-senyum sendiri -sampai ditegur istri-. 
Saya senyum sampai hampir tertawa teringat ketika kesitu, masih bersama bapak-bapak yang di Parangtritis. 
Berbeda saat di pantai, di malioboro kami yang berdelapan, iseng menyewa sebuah delman untuk ke alun-alun utara beli kaos. Bayangkan sendiri, sebuah delman ditumpangi 8 orang bapak-bapak yang tidak bisa dibilang kurus.
Bahkan kudanya sempat tidak kuat jalan tepat di tengah perempatan 0 km itu. Korbannya yang duduk dibelakang, terpaksa melompat untuk mengurangi beban dan rasa malu.
Kegabutan masih berlanjut, sepulang dari beli kaos, Waktu masih panjang untuk menunggu kereta tapi tidak cukup waktu untuk ketempat wisata. Jalan-jalan di malioboro juga sudah sering. Akhirnya dipilihlah museum apalagi sedang didepan mata. Ini tidak normal karena biasanya museum tidak masuk ke list destinasi wisata he he he. Apalagi sebagian dari kami kuliah di Jogja. Saking seriusnya kuliah mereka tidak sempat pergi kesini rupanya. ha ha ha  'boys will be boys" lagi.
Kali ini kami hanya fokus satu tujuan berburu Bakpia Kukus Tugu Jogja yang outletnya ada di Lower Ground Malioboro Mall. Satu lantai dengan outletnya Dagadu - merk kaos yang sangat terkenal ketika saya masih SMA.
Nuruti si thole saja sebenarnya. Setelah sebelumnya makan bakpia pathuk dengan berbagai macam varian, mulai dari yang biasa sampai premium dengan berbagai merk. Sekarang sepenuhnya suka dengan bakpia dengan model baru ini. Yang konon diluar pakem "ke-bakpia-an". Saking diluar pakemnya, ada mengatakan itu bukan bakpia. 
Wajar jika ada yang menyebut demikian. Jika Covid 19 muncul varian Alpha, Beta, Delta dan terakhir ada Omicorn yang berbeda di Protein S-nya. Tak ubahnya bakpia, juga muncul banyak varian, yang berbeda hanya isinya ada kacang ijo coklat, keju dll. Kulit, bentuk dan cara masak tetap sama. Lha, kalau bakpia satu ini, yang sama cuma namanya. Tapi apapun itu, kami menyebutnya masih bakpia dan itu yang kami buru sekarang. 
Setelah berjalan kira 1,3 Km dibawah terik, akhirnya sampai juga di Malioboro Mall. Apakah langsung ke tujuan utama? tentu tidaklah. Mustahil seperti itu, apalagi ini di mall. Andai pasti tahu benar bagaimana kalau ibu-ibu dan abg cewek masuk mall. Jalan sehat dululah, keliling mall. ha ha ha
Sebenarnya kami datang di saat tidak tepat. Karena outletnya TUTUP.
Tapi usaha, proses dan doa tidak akan menghianati hasil. Setelah membeli di bread talk, pas membayar kami tanyakan sekalian kapan bukanya bakpia. Ternyata biasanya sebentar lagi buka. 
Kami lihat jam, masih cukup untuk menunggu. Sembari menunggu kami ke toilet. Sekeluarnya dari toilet, troli bakpia lewat didepan kami. 
Walaupun harus menunggu 20 menit, karena mas-nya masih menata. Kami bisa bersabar untuk yang satu ini.
Selanjutnya beberapa kotak bakpia sukses berpindah tangan setelah ditebus dengan beberapa puluh Rupiah.

Mission Accomplished, sekarang tinggal mengisi perut setelah berolahraga di malioboro maupun di mall. Kami selalu kesulitan makan disini, takut kena "pentung". -pasti pernah mendengarnya kan-.
Makanya kami pilih saja makan didalam mall, yang ada paket hemat pastinya. 
Sebagai ahli hisap, tentunya setelah makan saya membutuhkan "me time" walaupun cuma sebatang. Didalam mall seperti biasa, tidak bisa. Karena tempatnya dekat pintu keluar, saya keluar saja. Tapi tunggu, anda tidak bisa langsung merokok di sepanjang trotoar malioboro, selain malioboro kawasan wajib masker juga kawasan bebas asap rokok. Malu sendiri jika lihat tulisan besar-besar dan kita nekad- untuk merokok disitu. Setelah celingukan sebentar banyak kaum perokok yang sedang menikmati dunianya di Pos Satpam tepat disebelah utara mall ini. Otomatis saya nimbrung dong, lumayanlah sebatang -walaupun belum ngopi- sambil nunggu istri dan anak-anak keluar gedung ini.
Saya menikmati beberapa hisapan terakhir ketika saya lihat mereka keluar dari mall dan si nduk minta difoto di bawah plang jalan malioboro.
Setelah kelar berfoto-foto, karena memang sudah waktunya sholat dhuhur. Kami mencari masjid, biasanya di Kepatihan tapi ternyata sudah tidak bisa lagi. Setelah tanya sana sini ada masjid di seberangnya Pasar Beringharjo. Masjid "Siti Djirzanah" persembahan dari mantan walikota Jogja Hery Zudiyanto dan keluarga. Masjid yang sangat indah,  bersih, berarsitektur china india dengan dominasi warna biru. Sekilas dari seberang jalan tidak nampak seperti masjid, apalagi saat itu masih ada PKL didepannya. Tidak berdiri sendiri, tapi dulunya memang toko yang dirubah menjadi masjid. Diresmikan sejak Agustus 2018 masjid ini jadi jujugan para wisatawan yang ingin menunaikan sholat.
Ba'da sholat kami bergegas untuk kembali ke bis tapi ternyata si thole dapat panggilan alam(kebelet BAB). Karena toilet masjid walaupun ada WC-nya tapi tidak diperkenankan untuk dipakai BAB.
Dengan terpaksa kami masuk ke pasar dan di toilet pasar, lumayan bersih tapi ada masalah lain yang biasa terjadi di toilet pasar.- tidak perlu ditulis disini-
Setelah sabar di toilet kami segera menuju bis, memutar lewat belakang benteng. Untungnya bis satunya sedang trouble sedikit jadi kami tidak terlambat he he he.

 - bersambung -











Komentar

Postingan Populer