MUDIK ITU KLANGENAN!!

Setelah 2 tahun berturut mudik jadi aktivitas yang ilegal, tahun ini resmi menjadi aktivitas legal. 

Peristiwa yang terjadi setahun sekali ini dimanfaatkan betul oleh masyarakat. Jutaan orang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka sudah bergeser dari kota-kota besar ke kota kecil tempat sangkan paraning dumadi.

Sudah tidak ada lagi penyekatan di perbatasan antar kota. Sudah tidak ada lagi pos pemeriksaan di pintu keluar tol. 
Syarat mudik yang harus vaksin ketiga sepertinya hanya berlaku bagi kendaraan umum, itupun hanya kereta api dan pesawat. Sudah tidak ada lagi adegan pemudik disuruh  balik atau peristiwa penjebolan pos penyekatan. 
Yang ada, laporan pantauan arus mudik di televisi. Sudah seperti sewajarnya lebaran di musim sebelum era covid 19. 


Musim sudah terlaksana, bahkan puncak arus mudik sudah lewat. Para pemudik sebagian besar sudah berada dikota tujuan masing-masing. 
Sungkem orang tua, bertemu sanak saudara. Tidur berdempetan dirumah yang dulu serasa luas, namun sekarang terasa sempit karena kita datang sudah tidak sendiri. 
Bercengkerama dengan teman-teman masa kecil, gojek dan guyon di warung-warung kopi. Berbincang tentang masa kecil, remaja. Napak tilas masa lalu yang indah untuk dikenang. 
Kegetiran masa lalu pun sudah menjadi kenangan indah untuk diceritakan kembali. Dan satu lagi tradisi yang dilakukan saat mudik, agar mudik tidak hanya terkesan mengenang romantisme masa lalu namun lebih daripada itu, yakni nyekar baik pada keluarga maupun leluhur yang telah mendahului. 

Itulah esensi mudik sebenarnya. Yang ternyata tidak bisa digantikan oleh teknologi Video Call. Bahkan nanti ketika jaman metaverse-pun mustahil akan mengubah budaya ini. Teknologi yang mungkin menggantikan hanya satu! Pintu kemana saja-nya milik Doraemon. 

Mudik itu klangenan, tak akan terganti.
Pulang sebentar "coming home" bukan sekedar pulang  "coming house".
Tradisi yang juga dimiliki bangsa lain tapi hanya berbeda timingnya saja.
Di sisi lain akibatnya, kita sama-sama tahu, macet dikota-kota kecil itu. Karena kendaraan tiba-tiba banyak sekali. Macet disetiap persimpangan lampu merah. 
Toko busana, pasar, cafe, indomaret,alfamaret banyak pengunjungnya.
Sedang terjadi ruralisasi akut. 
Tapi tidak mengapa, hanya beberapa hari dalam setahun. Toh itu memang tujuan Bu Srimulyani, untuk pemulihan ekonomi nasional. Yang kiranya sudah tercapai. Walaupun hanya seminggu, setidaknya ekonomi tumbuh di kota-kota tujuan mudik ini. Seperti halnya arus manusianya, arus uang juga besar. Entahlah seolah-olah para pemudik ini sudah seperti crazy rich yang tiba-tiba royal untuk membagi uang maupun berbelanja.
Dampak mudik itu sistemik, tidak hanya pengusaha besar - terutama jalan tol- namun juga pengusaha menengah, kecil, mikro sampai pekerja informal semacam tukang parkir, tukang sapu, bahkan pengemis.
Untungnya para menteri tidak terlalu banyak penjabaran terutama menyikapi cuti bersama. Tidak ada penjabaran lain dari pengumuman yang disampaiakan oleh Presiden. Berbeda dengan petunjuk presiden tentang pelarangan ekspor sawit yang ditafsirkan lain oleh menterinya. Yang kemudian ternyata keputusan menterinya diralat oleh presiden. Kalau seperti itu siapa yang salah? Presiden yang kurang jelas memberi perintah atau menterinya yang terlalu banyak penafsiran??? 

Kalau mudik dilarang, sepertinya yang protes adalah pengusaha jalan tol. Dampaknya sistemik berpengaruh disegala bidang. Pertumbuhan ekonomi 7 persen hanya sekedar target tanpa realisasi. Gaji PNS tidak akan naik.

Sudahkah anda mudik tahun ini? Sudahkah anda ngopi dikampung halaman bersama teman-teman masa remaja anda, bersama tetangga-tetangga anda.
Tapi pastikan dulu anda punya kampung halaman (Cak Lontong).
Bagi yang masih belum mudik atau dalam perjalanan, Ingat pesan Tulus "Hati-hati dijalan".

Komentar

Postingan Populer