Watu Jengger JILID 2 (Pendakian Yang Terlaksana)
Tetap Menarik
Kami kira bakalan ramai karena saat itu merupakan long week end yang jarang terjadi selama 2 tahun pandemi ini. Tapi nyatanya ketika sampai di Pos perijinan masih tutup.
Perjalanan dari parkiran mobil kemudian ke pos perijinan dan sampai di Pos 2 tidak bertemu satu orang pendaki pun. Hanya ditemani dan diikuti oleh nyamuk kebon yang jumlahnya ribuan. --Ini sangat menggemaskan terutama bagi saya yang suka berburu nyamuk
--.
Untungnya rombongan nyamuk ini semakin keatas semakin sedikit bahkan tidak ada sama sekali ketika mulai masuk ke vegetasi ilalang. Entah karena ketinggian yang semakin meningkat atau memang waktu yang beranjak semakin siang.
Ilalang tinggi |
.
Setelah 2 jam perjalanan, akhirnya bisa summit walaupun diwarnai aksi patah semangat oleh si nduk -yang minta stop di puncak bayangan- dan si thole -yang banyak sekali memberikan syarat dan ketentuan untuk melanjutkan perjalanan-.
patah semangat |
Ritual wajib jika sampai dipuncak, sarapan pagi sebagai wujud rasa syukur dan tentunya mengisi perut kami yang mulai mendedangkan lagu. Ini juga enaknya ketika sepi, bisa memilih tempat dimanapun kami mau. Mumpung sepi kami pilih saja dibawah pohon yang dulu pada waktu naik kesini tidak kesampaian karena sudah dikuasai oleh rombongan lain.
Ritual "Sarapan" |
Alhamdulillah tidak fatal.
Ekpektasi kami baru terpenuhi ketika turun, banyak sekali yang baru naik. Baik yang berkelompok ataupun berdua, baik yang akan ngecamp maupun yang tik tok seperti kami.
Turun Gunung |
Pos Pendaftaran ternyata sudah buka, dengan penuh kesadaran --betul-betul sadar dan tanpa paksaan-- dan sebagai orang yang taat aturan kami mendaftar ulang dan tentunya membayar retribusi Rp 11.000/orang (Kalau daftar online RP 16.000). Kenapa Pos ini buka siang, ternyata mereka pagi-pagi harus check Lock di kantor pusat Tahura R. Soerjo yang ada di Pacet sana, puluhan kilo jauhnya.
Ketika sampai diparkiran kami melihat Honda Jazz masih terparkir dengan anteng disitu, mungkin milik rombongan yang pertama kami temui ketika naik. Kenapa ini menimbulkan keheranan, ya seperti yang saya tulisan pertama dulu. Dusun tempat kami parkir adalah dusun yang terpisah dari pusat desa, sejauh kurang lebih 2-3 km dan jalannya adalah makadam sisa aspal yang terkelupas, di bebarapa tempat "joglangannya" sangat dalam dan lebar untuk model mobil jazz kemungkinan besar "nggasruk" dan mereka bisa melaluinya itu luar biasa bagi saya
Pendakian kedua ini sangat berbeda dengan yang pertama dulu, masih musim kemarau. Jalan jadi lebih licin, nyamuk banyak sekali, tumbuhan perdu dan semak tinggi-tinggi ditambah susana sepi, membuat si nduk --yang kadang muncul indera ke enamnya-- dan si thole kena mental, ngajak balik. Saya juga hanya bisa mengucapkan " Salamun Ala Nuhin Fil Alamin" sambil terus meminta mereka tetap semangat dan terus berjalan. Kalaupun istirahat harus ditempat yang terbuka.
"kenali diri, kenali lawan, kenali medan maka seratus pertempuran akan kau menangkan -tsun zu-"
Komentar
Posting Komentar