Piknik Gratis Ke Jogja (Bag-2)
Ketika Arunika menyapa Bentala di Paris (ParangTritis)
Kata-kata tersebut pantas menggambarkan susana pagi itu, di pantai yang konon diberi nama oleh seorang pelarian dari Majapahit bernama Dipokusumo ini. Jauh sebelum ada Mataram dan Jogjakarta.
Selepas perjalanan yang saya lupa persisnya berapa jam. Karena saya tidur, seingat saya hanya berhenti di Rest Area didaerah Ngawi, selepas itu saya terlelap, sesekali memicingkan mata ketika bis terasa berhenti di depan Indomaret -kalau saya tidak salah lihat.
Baru terbangun ketika bis berhenti di pintu gerbang masuk untuk membayar tiket. Yang menandakan bahwa sudah sampai Desa Parangtritis. Setelah itu bis berjalan pelan, dan masuk ke tempat parkir, diantara 2 warung dan didepan kamar mandi yang diatasnya ada mushola. Tampaknya sengaja parkir disitu dan sudah langganan dari crew bisnya. Terlihat dari cara para mereka menyapa pemilik warung.
Panitia sibuk mengarahkan peserta sedangkan sebagian penumpang meneruskan mimpinya di bangku, sebagian lagi memilih menggelar tikar di teras warung yang masih tutup.
Selepas Sholat Subuh baru para peserta satu persatu beringsut menuju pantai, termasuk saya dan keluarga.
Sambil berjalan menuju pantai saya memikirkan apa yang akan dilakukan dipantai. Karena tiga tahun lalu ketika kesini bersama rombongan yang isinya bapak-bapak. Kami disini cuma ngopi diparkiran, jalan kepantai, sewa ATV kemudian balapan delman trus ngopi lagi saking gabutnya😆."boys will be boys".
persewaan tikar dan payung |
Pantai sudah ramai pagi itu, ada yang mandi, ada segerombolan ibu-ibu yang bikin konten tiktok, ada yang bermain air. Tikar dan payung banyak yang sudah digelar, siap disewakan kepada pengunjung. - Tips kalau bawa barang tas, baju ganti atau sandal, lebih baik sewa tikar sekalian titip barang disitu.
rombongan ibu-ibu |
sambil momong |
Setelah menyewa tikar, menaruh sandal dan memesan white kopi -sengaja saya memesan white kopi, karena rata-rata penjual kopi disitu hanya menggunakan air termos, kopi hitam jadi kurang matang, bisa-bisa malah bikin kembung.
Segarnya hawa pagi itu dan suara deburan ombak mengoda si ndhuk dan thole yang exicited, untuk segera berlari ke air. -maklumlah selain rumah yang jauh dari pantai, biasanya jalan-jalan di gunung.
rindu pantai |
Kalau biasanya jadi penyapu, sekarang tugas saya jadi penjaga pantai, menjaga anak-anak agar tidak terlalu jauh masuk ke laut. Apalagi si thole yang pagi itu pakai kaos warna hijau, yang konon katanya jadi larangan di situ.-tapi saya tenang, kata Om Hao di Close The Door-nya Deddy Corbuzier "tidak ada pengaruhnya"-
Entah kenapa mereka hanya ingin mandi di pantai. Padahal selain bermain air banyak aktivitas lain yang dilakukan, bisa naik delman yang jadi ikon disitu. Atau bisa juga sewa ATV -seperti bapaknya dulu- maupun sewa JIP yang pagi itu sudah mulai dijajakan. Untuk paralayang saya belum melihatnya karena memang masih pagi dan cuaca mendung.
Aktivitas mereka -yang hanya main air dipantai- lumayanlah untuk mengurangi pengeluaran.
gembira |
tergulung ombak |
main airnya di pinggir saja |
Tidak jauh dari anak-anak bermain air saya melihat ada satu tempat menarik yang seperti kaca benggala. Cocok untuk berfoto-foto apalagi cuaca saat itu syahdu-syahdu gimana. Kami bergeser ketempat itu.
Tidak ada salahnya foto-foto romantis, mengenang masa ketika pacaran. Bedanya, kalau sekarang di tepi laut dulu di tepi Sungai Madiun😅. Saya tidak pernah mengajak istri saya -yang pada waktu masih jadi pacar- main ke pantai.😀. Tapi romansa ini terganggu si nduk yang minta difoto juga.
syahdu |
ngikut |
Kebutuhan kita akan tempat yang instagramable sebenarnya bisa terpenuhi disini. Apalagi jika mau mengeksplore tempat-tempat disekitar. Bisa bukit paralayang untuk tempat tinggi sehingga bisa dapat view yang lbih ciamik -apalagi ada videonya lompat dari atas bukit tanpa parasut, saya jamin pasti akan sangat viral- .
Jika pengen pemandangan selain pasir bisa naik delman menuju sebelah timur yang banyak karangnya. Atau kalau ada uang lebih bisa masuk ke Lokasi Queen Of South Resort Hotel. Disebelahnya lagi ada reruntuhan candi, yang mungkin peninggalannya Pak Dipokusumo. Diluar tempat-tempat itu masih ada juga Gumuk Pasir yang sekarang jadi obyek restorasi dan konservasi. Apabila suka human interest banyak sekali, pedagang, pengunjung, kusir delman dan lainnya, tinggal cari moment yang unik saja.
Saya suka dengan fotografi tapi apa daya tidak punya bakat dan tidak didukung alat, jadi hanya pakai kamera smartphone -yang sebenarnya gak smart-smart amat juga seh-. Harap maklum jika hasilnya biasa-biasa saja.
Segelas white kopi yang saya pesan tadi sudah dingin ketika kami kembali ke tikar tempat kami menaruh barang. Tidak banyak tempat yang bisa saya jelajahi, karena memang keterbatasan waktu -anda pasti paham dan pernah mengalami sendiri jika bepergian berasama rombongan. -waktunya terbatas.
Selain itu jika isi rombongannya banyak ibu-ibunya, sangat rawan. Ketika anda jadi oknum yang terakhir naik, moment itu tidak akan pernah dilupakan oleh mereka. Bakal jadi bahan pergunjingan seumur hidup. 😆😆
garis pantai |
Parangtritis memang hanya pantai biasa namun memiliki garis pantai terpanjang, jauh daripada Indrayanti yang berpasir putih. Jika berkunjung disaat yang tepat ada keindahan yang tersembunyi seperti misteri-misterinya. Legenda, cerita, dan wisata memang saling berkaitan, seperti garis imajiner Jogja. Saling melengkapi, seperti halnya griyo, kukilo, turonggo yang katanya seorang pria belum lengkap tanpa itu.
konon ditengah sana |
Komentar
Posting Komentar