Piknik Gratis (Bag-4 Tamat)
Ber Ha Ha Ha di Heha Sky view
Pendatang baru dalam ke pariwisataan Jogja namun langsung menggebrak. Jadi salah satu destinasi unggulan. Sudah nampak ketika belok kanan dari Jalan Nasional III (Pos PJR) ke Ruas Jalan Dlinggo-Patuk. Bis telihat berderet-deret naik maupun turun. Macet, hampir 30 menit kami terjebak antrian yang ternyata untuk mendapat tempat parkir.
Setelah bis terparkir, saya bergegas turun bersama beberapa anggota rombongan untuk ngopi.- seharian belum ngopi -para ahli hisap dan kopiers pasti tahu rasanya.
Banyak warung di tempat parkir ini bahkan didepan sendiri dari deretan warung ini ada toko milik BUMDes. Kami masuk ke sebuah warung yang mau merebus kembali airnya. Sambil menghidangkan kopi, pemilik warung mengatakan bahwa kopi yang dimasak dengan air mendidih baunya lebih sedap. Memang mereka terbiasa hanya menggunakan air termos.
Setelah ngopi kami menyusul anggota rombongan lainnya yang sudah menunggu di pintu masuk. Tempat wisata yang ternyata diambil dari nama para pemiliknya Hery Zudianto dan Handoyo Mawardi. Herry Zudianto sendiri adalah mantan walikota Jogja yang membangun Masjid Siti Djirzanah di Malioboro.
Dengan latar belakangnya yang pengusaha tersebut tak heran mereka mampu menyulap tempat di pinggir jurang menjadi destinasi wisata yang sangat bagus. -hanya yang punya modal gede yang bisa. ha ha ha
Karena saat itu sudah sore, saya kira akan sepi ternyata untuk membeli tiket saja harus antri panjang. Untungnya untuk rombongan disediakan jalur khusus,jadi tidak terlalu lama mengantri.
Setelah lolos dari antrian saya dan keluarga langsung belok kiri menuju tangga yang ternyata menuju kafe yang sedang ada live musik. Saya lihat sekilas yang lain berjalan lewat pintu utama. Hampir nongkrong di kafe tersebut tapi istri saya lebih tertarik untuk masuk ke salah satu wahana obyek foto disebelahnya. Harus membayar lagi 10 ribu rupiah per orang untuk bisa foto disitu. Jika ingin menggunakan jasa tukang foto juga bisa. Tapi lebih baik minta tolong antar pengunjung untuk saling memfotokan. Tapi kita juga harus mau ketika diminta tolong. Anggap saja mengamalkan Sila ke 3. he he he
Karena kecapekan, dimana pada prinsipnya, rekreasi yang kami jalani ini sama dengan berolahraga, terutama jalan sehat. Apalagi dari semalam berada di bis sehingga tidurnya kurang berkualitas. Berefek pada anak-anak yang kurang antusias bahkan mogok ketika diajak foto.
Setelah beberapa kali foto-foto disitu dan dengan beberapa angle sekalian istirahat, wis kadung bayar. ha ha ha -gak mau rugi.
Ramai sekali hari itu. Kafe didepan kami yang tadi sepi, sekarang sudah penuh. Kebetulan tampat kami berdiri lumayan tinggi. Jadi bisa kelihatan semua yang ada disitu. Terlihat antrian yang banyak di wahana balon udara yang menjadi ikon dari HeHa ini. Selain balon udara, juga ada pesawat, jembatan kaca yang semuanya menawarkan berfoto di atas bukit dengan berlatar belakang Kota Jogja jauh dibawah.
Di selasar juga kelihatan penuh. Kami berjalan turun ke Food Stal yang menyediakan berbagai macam-macam makanan khas dengan harga yang lumayan murah.
Ternyata dibawah food stal itu masih ada beberapa wahana yang sebenarnya menarik. Kami sempat kesana tapi tidak berlama-lama disitu karena waktu sudah maghrib. Kami bergegas untuk mencari masjid. Masjidnya berada di barisan food stal. Harus menunggu beberapa saat untuk bisa melaksanakan sholat karena antrian wudhu dan sholat yang begitu panjang.
Setelah selesai melaksanakan sholat ternyata perut keroncongan. Anak-anak sudah semakin rewel. Si nduk yang dari tadi melihat wedang ronde minta kesana. Setelah menikmati dua porsi wedang ronde saatnya untuk makan nasi.
-maklumlah orang jawa klo belum makan nasi belum kenyang.
Jujugan kami di depan mushola yang ada angkringannya, ternyata tidak sesuai selera. Tidak ada pilihan lain selain masuk resto yang ternyata harus reservasi dulu. Untungnya masih ada meja tersisa didekat jendela.
Sebenarnya agak insecure ketika melihat harga menunya ha ha ha. Tapi karena sudah lapar, dan anggap saja sekali-sekali dinner di resto bintang 4.
Kami minta berpindah meja, karena di luar masih ada meja kosong. Pelayanannya tidak mengecewakan, cepat. Tidak lama setelah kami pindah tempat, pesanan pun datang. Makanannya enak, entah karena saya lapar atau karena harganya yang bintang 4 jadi makanan ini terasa enak. ha ha ha
Semakin malam pemandangan semakin indah. Gemerlap Kota Jogja tampak di kejauhan. Sambil jalan tentunya kami abadikan beberapa foto, mumpung punya privelege di halaman resto ini. he he he
Memang pas membangun tempat wisata disini. Namun tentunya membutuhkan investasi yang sangat besar. Investor-nya memang bagus, bisa merangkul masyarakat sekitar. Ada sebuah Outlet milik Bumdes yang cukup besar di parkiran. -yang saya sebut diawal.
Kami bergegas kembali ke bis karena saya amati disekitar, tidak ketemu dengan anggota rrombongan yang lain. Kami harus sadar diri karena memang gratisan dan berombongan.
Tidak beberapa lama telp saya bergetar ada telepon masuk dari salah satu panitia yang memberitahukan bahwa rombongan yang belum datang tinggal kami saja.
Sesampainya di bis memang tinggal kami yang belum datang tapi yang lain masih santai mengobrol di luar dan crew bis pun juga masih makan malam. Kami terselamatkan kembali. he he he
Perjalanan pulang tidak banyak yang bisa saya ceritakan, seperti berangkatnya, saya kembali terlelap.
-T A M A T-
Matursuwun panitia Mas Ferry, Mas Aan, Mbak Fida dan panitia lainnya. Sebuah piknik yang sangat menyenangkan.
Komentar
Posting Komentar